Senyulong Bermoncong Ramping

Senyulong Bermoncong Ramping

 

Senyulong merupakan spesies buaya dari famili Gavialidae dan nama Latinnya yaitu Tomistoma schlegelli. Senyulong disebut juga Buaya Sepit dan dalam bahasa Inggrisnya yaitu False Gharial, Malayan Gharial, dan Sunda Gharial.

Senyulong tersebar di Indonesia (Sumatera, Kalimantan, dan Jawa) dan Malaysia.

 

Klasifikasi

 


Berikut klasifikasi Senyulong

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Klad : Archosauria

Ordo : Crocodilia

Superfamili : Gavialoidea

Famili : Gavialidae

Genus : Tomistoma

Spesies : Tomistoma schlegelli

 

Ciri-ciri

 

Senyulong memiliki moncong yang runcing, pipih, panjang, dan sempit seperti Gavial dari India bahkan dilengkapi dengan 76 – 84 buah gigi yang runcing dan tajam untuk menangkap ikan yang merupakan makanan utama tetapi ukuran dan susunannya terlihat tidak beraturan ketika mulutnya ditutup.

Senyulong memiliki ekor yang kuat dan berotot dengan garis yang berwarna hitam pada ekornya dan tubuhnya.

Senyulong memiliki tubuh yang ramping dan berwarna gelap hingga abu-abu serta terkadang cokelat kecokelatan bahkan cokelat gelap ditambah dengan pola hitam samar di bagian punggungnya. Bagian ini memudahkannya menyatu dengan lingkungan berair dan berlumpur yang mereka tinggal.

Senyulong memiliki bercak gelap pada rahangnya dengan perutnya yang berwarna krem hingga putih maupun gradasi yang berwarna gelap dan kekuningan.

Senyulong tidak memiliki tonjolan di ujung moncongnya sehingga berbeda dengan Gavial jantan yang memiliki tonjolan pada ujung moncongnya.

Senyulong memiliki katup palatal yang berfungsi mencegah air masuk ke dalam hidung seperti buaya pada umumnya.

Senyulong memiliki bercak yang berwarna gelap pada area rahangnya dengan mata dan hidung yang berada di atas kepalanya.

Senyulong memiliki panjang 3,5 – 5 m dan berat 93 – 201 kg. Si jantan lebih panjang dan lebih berat dibandingkan si betina.

 

Habitat

 

Habitat Senyulong di sungai, rawa, danau, rawa gambut, hutan yang tergenang, pinggiran hutan hujan dekat sungai, dan lahan basah lainnya. Mereka juga ditemui di habitat dengan air yang cenderung tenang dan bergerak lambat.

 

Kebiasaan

 


Senyulong termasuk hewan yang hidup menyendiri (solitary) sehingga terlihat jarang berkelompok.

Senyulong termasuk hewan yang aktif di siang hari (diurnal). Pada saat itu, mereka berjalan ke daratan untuk berburu mangsa sambil menstabilkan suhu tubuhnya.

Senyulong terkenal sebagai hewan pemalu. Mereka cukup pendiam, jarang terlihat oleh manusia, dan sangat sering ditemukan di perairan dalam hutan rawa gambut yang lebih terpencil di Sumatera dan Kalimantan.

Senyulong menghabiskan sebagian besar waktunya dengan cara berenang lambat di permukaan air hanya dengan menyembulkan mata dan lubang hidungnya.

Senyulong mampu menahan nafas hingga 2 jam lamanya ketika sedang menyelam untuk menghindari bahaya.

Senyulong mampu mendekati mangsa dengan aman, lalu menerkam mangsanya secara tiba-tiba atau mendadak sebelum mangsanya sempat bereaksi. Mereka diketahui mampu menangkap monyet lainnya terutama Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dari tepi sungai dengan cara menerkam dan menenggelamkan mangsanya atau memukulkannya ke tepi sungai dengan ekornya yang kuat.

Senyulong biasanya menghabiskan waktunya dengan berjemur atau bersembunyi di dalam lubang di atas tanah ketika tidak sedang berada di dalam air. Mereka membutuhkan area terestial untuk berjemur dan membuat sarang.

Senyulong jarang berpindah-pindah karena biasanya mereka menetap di satu area rawa atau sungai dalam waktu lama dan mereka akan berpindah lokasi jika ada perubahan besar dalam habitatnya. Mereka menyukai air yang mengalir lambat dan habitat yang ditumbuhi vegetasi lebat.

Senyulong merupakan hewan berumur panjang dengan perkiraan umur di alam liar 60 – 80 tahun.

Senyulong memiliki kebiasaan yang berbeda dengan keluarga buaya Crocodilian lainnya yaitu meninggalkan anak-anaknya ketika telur menetas.

 

Makanan

 

Senyulong termasuk hewan pemakan daging (karnivora). Makanannya adalah ikan, babi hutan, monyet, kancil, anjing, berang-berang, burung, kura-kura, biawak, krustasea, ular, dan hewan kecil.

 

Fakta Unik

 

Senyulong berperan penting dalam ekosistem rawa karena mereka menjaga keseimbangan populasi ikan dan hewan kecil lainnya sehingga keberadaannya buaya ini membantu menjaga Kesehatan ekosistem perairan dan mendukung kehidupan spesies lain di rawa dan hutan gambut.

Senyulong dikenal oleh masyarakat lokal dengan nama-nama khusus dan sering dianggap sebagai bagian dari budaya setempat. Ada beberapa mitos dan cerita rakyat buaya tersebut yaitu mereka dipandang sebagai penjaga rawa sehingga penghormatan ini terkadang menjadi alasan Senyulong jarang diburu. Akan tetapi, hal itu akan berubah dengan tekanan ekonomi dan perubahan lingkungan yang meningkat.

Penampilan Senyulong dan Gavial yang serupa namun tidak sama menyebabkan Senyulong dalam bahasa Inggris dikenal dengan julukan “False Gharial”. Senyulong juga dikenal dengan nama Gavial Melayu atau Malayan Gharial, Gavial Sunda atau Sunda Gharial, Buaya Jejulong, hingga Tomistoma (nama yang terakhir berasal dari bahasa Yunani yang berarti “si mulut tajam”).

 

Musim Kawin

 

Musim kawin Senyulong berlangsung dari November hingga Februari dan April hingga Juni yang merupakan musim hujan.

 

Cara Berkembang Biak

 

Senyulong termasuk hewan yang bertelur (ovipar). Mereka mampu mengeluarkan 60 butir telur buaya meskipun biasanya 20 – 60 butir telur buaya. Senyulong memiliki telur yang cukup besar dengan panjang 9,5 cm, lebar hingga 6,2 cm, dan berat mencapai hampir 2 kali lipat berat telur buaya lainnya dengan berat 155 gram. 

 

Status Konservasi

 

Populasi Senyulong semakin menurun bahkan di sepanjang Sumatera bagian timur jumlah mereka terus berkurang sebesar 30 – 40 %. Hal ini disebabkan karena perburuan, penebangan, kebakaran, konversi lahan hutan rawa gambut untuk perkebunan kelapa sawit, dan pertanian. Telur Senyulong dikumpulkan dan dikonsumsi oleh manusia sehingga campur tangan manusia bisa berpengaruh terhadap populasi dan kelangsungan hidup buaya tersebut. Kurangnya kontrol pemerintah di lapangan dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap keberlangsungan satwa mempersulit proses konservasi Senyulong di alam liar.

Karena itu, Senyulong termasuk hewan dalam daftar di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan status konservasi EN (Endangered) dan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks I.

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah mengambil langkah tegas dengan menggolongkan Senyulong sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan Permen No. P. 92/MENHLK/SETJEN/KUM.1/8/2018.(jef)

Comments

Popular posts from this blog

Mambruk Victoria, Mambruk Endemik Papua Barat

Hyena Tutul, Hyena yang Licik dan Cerdas dalam Kelompok

Musang Madu yang Pemberani dan Ganas