Orangutan Tapanuli Spesies Baru Orangutan yang Terancam
Orangutan Tapanuli merupakan spesies orangutan dari famili Hominidae dan nama Latinnya yaitu Pongo tapanuliensis.
Orangutan Sumatra tersebar di Tapanuli, Sumatra. Orangutan
Tapanuli berhabitat pada ekosistem hutan Batang Toru yang merupakan salah satu
kecamatan yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Klasifikasi
Berikut klasifikasi Orangutan Tapanuli
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Primata
Famili
: Hominidae
Genus
: Pongo
Spesies
: Pongo tapanuliensis
Ciri-ciri
Orangutan
Tapanuli memiliki lengan yang panjang dan kuat.
Orangutan
Tapanuli memiliki bulu atau rambut yang sangat panjang, lebat, kusam, berwarna kayu
manis, bahkan lebih keriting dengan bagian ujung rambut cenderung keriting
dibandingkan Orangutan Sumatera dan Orangutan Kalimantan.
Orangutan
Tapanuli memiliki
kumis dan jenggot yang terlihat sangat menonjol disertai bantalan pipi yang
besar yang disebut flensa dengan wajahnya yang sangat rata, lebar, dan datar
serta dipenuhi rambut halus yang berwarna pirang. Umumnya, si jantan dan si
betina dewasa memiliki bulu yang tumbuh dari atas bibir hingga dagu.
Orangutan Tapanuli memiliki tengkorak
yang lebih kecil serta lebih halus dibandingkan Orangutan Sumatera dan
Orangutan Kalimantan dengan gigi geraham serta gigi taringnya lebih besar
dibandingkan spesies lain.
Orangutan Tapanuli secara umum
memiliki kemiripan yang lebih mirip dengan Orangutan Sumatera dalam hal bentuk
tubuh, warna, dan banyaknya rambut atau bulu.
Orangutan Tapanuli memiliki tulang
rahang yang lebih halus dibandingkan Orangutan Sumatera.
Si jantan memiliki tinggi 1,37 – 2 m dan berat 70 – 80 kg
sedangkan si betina memiliki tinggi 1,1 m dan berat 40-50 kg.
Habitat
Habitat Orangutan
Tapanuli di hutan berdaun lebar lembab tropis dan subtropis serta area dengan
ketinggian 300 – 1.300 m. mereka hidup di habitat yang sangat terbatas yaitu
areal sekitar 132.000 hektare di bentang alam Batang Toru dan beberapa habitat
lain yang terus diteliti. Kondisi habitatnya juga terpisah yang disebabkan
karena faktor alam dan akibat pembangunan wilayah.
Kebiasaan
Orangutan Tapanuli termasuk hewan yang
hidup menyendiri (solitary) dan hanya dapat tampak berpasangan ketika induknya
membesarkan anak-anaknya. Mereka bersikap menyendiri ketika masih belia dan
sudah mencari makan sendiri meskipun tetap mengikuti induknya.
Orangutan Tapanuli tergolong hewan
yang arboreal menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon. Mereka sebenarnya
berperilaku hampir sama dengan Orangutan Sumatera yang nyaris tidak pernah
turun ke tanah ketika mencari makanan karena di Pulau Sumatera ada Harimau
Sumatera yang mengancam hidupnya.
Orangutan adalah hewan cerdas dimana beberapa kera besar ini di
penangkaran bahkan belajar berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dan meniru
perilaku manusia. Di alam liar, Orangutan menggunakan ranting sebagai alat yang
menyelesaikan berbagai kesulitan seperti mengeluarkan serangga dari lubang
pohon atau mengeluarkan biji dari buah.
Orangutan butuh setidaknya 76 jam untuk mengeluarkan biji-biji
buah yang dimakannya.
Orangutan Tapanuli jantan dewasa
memiliki panggilan jarak jauh yang lebih panjang dibandingkan spesies lainnya.
Orangutan Tapanuli berperilaku harian
yang dikelompokkan sebagai aktivitas makan, istirahat, menjelajah, aktivitas
sosial, dan aktivitas lainnya. Aktivitas makan menjadi salah satu aktivitas dengan presentase
terbesar.
Orangutan Tapanuli membangun sarang
tinggi di kanopi hutan untuk tidur selama malam yang gelap serta beristirahat
di siang hari bahkan mereka melipat daun hingga membuat tempat tidur yang aman
dan lembut.
Orangutan Tapanuli hidup dengan umur
50 – 60 tahun.
Makanan
Orangutan Tapanuli termasuk hewan pemakan
segala (omnivora). Makanannya adalah biji-bijian, ulat, buah konifer, dedaunan,
semut, rayap, buah ara, mangga, leci, durian, dan tumbuhan lainnya. Orangutan
Tapanuli juga memakan tumbuhan yang belum pernah tercatat sebagai pakan bagi
dua jenis orangutan di Indonesia (Orangutan Kalimantan dan Orangutan Sumatera).
Diantaranya yaitu biji Aturmangan (Casuarinaceae), buah Sampinur Tali/Bunga
(Podocarpaceae), dan Agatis (Araucariaceae).
Fakta Unik
Orangutan merupakan salah satu kera besar yang memiliki hampir 97%
DNA sama dengan manusia sehingga Orangutan sering disebut sebagai kerabat dekat
dengan manusia.
Orangutan dijuluki sebagai petani hutan karena memiliki kebiasaan
menjaga kelestarian hutan dengan memakan buah dan membuang bijinya ke berbagai
tempat di hutan. Ketika biji buah itu jatuh ke tanah yang subur, maka akan
muncul bakal tumbuhan baru yang membuat hutan semakin lestari. Kera besar ini
menanam biji dengan tidak sengaja menelan biji buah-buahan. Biji tersebut
kemudian akan dicerna dan berakhir menjadi feses. Feses Orangutan bisa dibuang
dimana saja sehingga memperluas persebaran biji tumbuhan. Orangutan berperan
besar dalam keanekaragaman genetik di hutan Kalimantan dan Sumatera.
Orangutan
Tapanuli merupakan tambahan baru sekaligus spesies atau jenis ketiga yang
ditemukan setelah Orangutan Sumatera dan Orangutan Kalimantan. Sebelum
diumumkan sebagai spesies baru, Orangutan Tapanuli sejatinya telah dikenal
masyarakat setempat dan juga para peneliti orangutan di Sumatera. Tak ada yang
mengira bahwa spesies yang telah dipublikasikan lebih dari seabad ini merupakan
jenis yang berbeda dari dua jenis orangutan di Indonesia. Orang utan ini secara
resmi dijadikan spesies orangutan baru tahun 2017 yang hidup di ekosistem hutan
lahan kering Batang Toru. Orangutan Tapanuli merupakan jenis kera besar
terlangka dan terancam di dunia (dinyatakan sangat langka dibandingkan Gorila
Gunung Afrika atau Gorila Pegunungan).
Orangutan
Tapanuli memiliki genetik lebih dekat kekerabatannya dengan Orangutan
Kalimantan dibandingkan Orangutan Sumatera. Orangutan ini diyakini terpisah
dari garis keturunan spesies orangutan
lainnya sekutar 3.500.000 tahun silam.
Cara Berkembang Biak
Orangutan Tapanuli termasuk hewan yang
memamah biak (vivipar). Mereka mampu melahirkan 1 ekor bayi orangutan. Orangutan
Tapanuli berkembang biak dengan sangat lambat dan si betina memiliki anak pertama
di umur 15 tahun.
Status Konservasi
Populasi Orangutan Tapanuli terus mengalami
penurunan karena perburuan, konflik dengan manusia, kehilangan habitat,
pembangunan industri, alih fungsi lahan, penebangan ilegal, proyek pembangunan
listrik tenaga air (PLTA), dan aktivitas pertambangan emas. Jumlah total
populasi Orangutan Tapanuli kurang dari 800 inidividu. Karena
hanya terdapat di kawasan hutan Batang Toru saja (khususnya di Kabupaten
Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan), Orangutan Tapanuli
memiliki populasi yang paling sedikit dibandingkan dengan spesies lain. Faktor yang
mengakibatkan Orangutan Tapanuli terancam punah adalah perkembangbiakan mereka
yang sangat lambat. Sikap mereka yang menyendiri membuatnya sulit menemukan
pasangan.
Karena itu, Orangutan Tapanuli termasuk hewan dalam
daftar di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red
List dengan status konservasi CR (Critically Endangered) dan CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks I.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa, Orangutan
Tapanuli dengan saudaranya yaitu Orangutan Sumatera masuk dalam satwa
dilindungi.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan Orangutan Tapanuli
sebagai spesies yang dilindungi berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan RI No. P.106/MENHLK/SETJEN/KUM.1/12/2018.(jef)
Comments
Post a Comment