Coelacanth, Ikan Fosil Hidup yang Sempat Dikira Punah di Zaman Purba
Coelacanth merupakan ikan dari Latimeriidae dan nama Latinnya yaitu Latimeria chalumnae dan Latimeria menadoensis. Ada 2 jenis Coelacanth yaitu Coelacanth Samudra Hindia Barat atau Coelacanth Biasa ditemukan di Afrika Selatan dan Coelacanth Indonesia atau disebut juga Ikan Raja Laut ditemukan di Sulawesi.
Coelacanth hidup di perairan Kenya, Tanzania, Madagaskar, Komoro, Afrika Selatan, dan Indonesia (Sulawesi). Sebagian besar yang berasal dari Afrika ditemukan di Kepulauan Giande di Comore dan Anjouan di kepulauan Komoro.
Klasifikasi
Berikut
klasifikasi Coelacanth
Kingdom:
Animalia
Filum:
Chordata
Klad:
Sarcopterygii
Kelas:
Actinistia
Ordo:
Coelacanthiformes
Famili:
Latemriidae
Genus:
Latimeriida
Spesies: Latimeria chalumnae, Latimeria menadoensis
Ciri-ciri
Coelacanth
memiliki notochord yaitu semacam tabung berongga yang cukup elastis
sehingga mkenjadi pengganti vertebrata atau tulang belakang.
Coelacanth
memiliki mata yang berukuran lebih besar yang diaklimatisasi untuk melihat
keadaan yang redup.
Coelacanth
memiliki otak yang berkembang jauh sangat lambat yaitu terisi sekitar 2% dari
luas tengkoraknya dibandingkan tubuhnya lalu sisanya diisi lemak.
Coelacanth
memiliki rahang yang terbuka lebar karena ada sendi yang berfusngi sebagai
engel rahang yang unik untuk melahap mangsa yang berukuran besar.
Coelacanth
memiliki rostral organ yang berisi zat yang mirip jeli terletak di dekat dan di
depan kepalanya untuk berburu mangsa.
Coelacanth
memiliki tubuh yang berwarna kebiruan atau biru tua pada jenis yang di Afrika
Selatan hingga kecoklatan yang di Indonesia Sulawesi dan memiliki bitnik-bintik
putih di sekujur tubuhnya.
Coelacanth
memiliki sirip yang berdaging, berotot, dan bentuknya seperti tungkai depan
belakang hewan darat atau lengan yang menjadi transisi dari hewan air menjadi
hewan darat.
Coelacanth
memiliki sisik kosmoid atau sisi elasmoid yang bertulang dan tebal cukup kuat
melindungi tubuhnya dan membantunya berenang dengan lebih efisien meskipun
tidak sekuat dengan Coelacanth zaman purba.karena evolusi.
Coelacanth
memiliki panjang 1,8 – 2 m dan berat 41 – 90 kg.
Habitat
Habitat
Coelacanth di kedalaman antara 150 – 700 m di bawah permukaan laut dan hidup di
gua-gua laut yang gelap dan jarang dilihat di dekat permukaan laut.
Kebiasaan
Coelacanth
termasuk hewan yang aktif di malam hari (nocturnal) untuk berburu mangsa.
Coelacanth
beristirahat di gua atau celah dasar laut pada siang hari.
Coelacanth
berkelana hingga 8 km terutama ketika sedang berburu mangsa.
Coelacanth
memiliki umur yang panjang antara 20 – 61 tahun atau lebih yaitu diperkirakan
hidup hingga 100 tahun.
Coelacanth
mendeteksi medan listrik di sekitarnya mirip dengan kemampuan elektroresepsi
pada ikan lainnya untuk berburu mangsa.
Coelacanth
merupakan predator di laut dalam yang memiliki arus lambat dan berburu mangsa
dari jarak pendek.
Coelacanth
memiliki laju reproduksi yang lebih lambat yaitu kematangan seksual antara 15 –
21 tahun dan peneliti menunjukkan bahwa ikan ini membutuhkan waktu kematangan
seksualnya sampai 55 tahun dengan periode kehamilan yang panjang hingga 5 tahun
sehingga ikan ini rentan terhadap kepunahan.
Coelacanth
memiliki metabolisme yang sangat lambat memungkinkannya bertahan sangat lama
dalam kondisi lingkungan yang tak terbatas sehingga bisa berhasil bertahan
hidup.
Fakta
Unik
Nama
coelacanth diambil dari bahasa Yunani yaitu coelia yang berarti berongga dan
acanthos berarti ikan dengan duri rongga.
Coelacanth
diperkirakan sudah ada sejak zaman Devonian sekitar 400.000.000 tahun yang lalu
hingga zaman Cretaceous sekitar 66.000.000 tahun yang lalu tetapi ikan ini
ditemukan tahun 1938 di muara sungai Chalumna di pantai timur Afrika Selatan
lalu diberi nama Latimeria chalumnae.
Pada
tahun 1997, Perairan Manado Sulawesi digegerkan dengan adanya penemuan
Coelacanth dimana ikan tersebut ditemukan oleh Mark V. Erdmann seorang ahli
Konservasi Kelautan University of California Berkeley.
Di
Indonesia, Coelacanth Indonesia atau Latimeria menadoensis disebut juga
sebagai Ikan Raja Laut dan merupakan spesies ke-2 Coelacanth.
Daging
dari Coelacanth mengandung minyak, kotoran, dan komponen-komponen lainnya
begitu juga dengan sisiknya yang berlendir sehingga tidak bisa dikonsumsi yang
berarti tidak bisa dijadikan makanan.
Coelacanth
merupakan transisi dari hewan laut menjadi hewan darat.yang berarti menjadi
jembatan evolusi ikan menjadi hewan darat karena siripnya seperti kaki atau
tungkai hewan darat.
Makanan
Coelacanth
termasuk hewan pemakan daging (karnivora). Makanannya adalah ikan, ikan kecil,
sotong, cumi-cumi, gurita, belut, hiu kecil, ikan laut dalam, dan ikan kecil.
Cara
Berkembang Biak
Coelacanth termasuk hewan yang bertelur dan melahirkan (ovovivipat). Mereka mampu melahirkan 5 – 25 anak ikan.
Status
Konservasi
Populasi Coelacanth hampir menurun karena fluktuasi populasi alami, degradasi habitat laut dalam, dan penangkapan yang berlebihan maupun yang tidak disengaja meskipun diketahuinya sedikit tetapi sulit untuk ditentukan. Hal ini untuk yang Coelacanth Samudra Hindia Barat dengan jumlah 500 individu sedangkan Coelacanth dari Indonesia masih memiliki 10.000 individu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis dari Latimeria chalumnae.
Karena itu, Coelacanth
termasuk hewan dalam daftar di IUCN (International Union for the
Conservation of Nature) Red List dengan status konservasi CR (Critically
Endangered) bagi Latimeria chalumnae atau Coelacanth Samudra Hindia Barat dan VU (Vulnerable)
bagi Latimeria menadoensis atau Coelacanth Indonesia serta CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species) Apendiks I.(jef)
Comments
Post a Comment