Kobra Tanjung Si Kobra yang Berwarna Kuning dan Mematikan
Kobra Tanjung merupakan spesies ular kobra dari famili Elapidae dan nama Latinnya yaitu Naja Nivea. Kobra Tanjung sering disebut juga dengan Kobra Kuning atau Kobra.
Kobra Tanjung tersebar di Namibia, Botswana, Republik Afrika
Selatan, Lesotho, Northern Cape, Eastern Cape, Free State,
North West, Gurun Kalahari, Gurun Namib, dan sebagian besar wilayah Western
Cape.
Klasifikasi
Beriku klasifikasi Kobra Tanjung
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata
Subordo: Serpentes
Famili: Elapidae
Genus: Naja
Spesies: Naja nivea
Ciri-ciri
Kobra Tanjung memiliki tubuh yang warnanya beragam mulai dari
kuning, cokelat keemasan, cojkleat gelap, hingga kehitaman.
Kobra Tanjung memiliki bintik-bintik atau bercak-bercak yang
berwarna hitam atau pucat.
Kobra Tanjung memiliki kepala yang lebar dan tidak jelas terpisah
dari tubuhnya atau badannya.
Kobra Tanjung memiliki sisik yang halus dengan sisik yang didominasi
warna kuning.
Kobra Tanjung memiliki panjang 1,2 – 1,4 m atau 1,6 m.
Habitat
Habitat Kobra Tanjung di daerah bersemak, fynbos, padang rumput
(termasuk sabana), semak belukar, gurun, semi gurun, padang pasir, padang
rumput tinggi, sabana kering, lahan semak Karoo, dataran rendah hingga
ketinggian 2.500 m dari permukaan laut, dan dekat sungai atau perairan. Mereka
menghuni liang hewan pengerat, gundukan rayap, daerah gersang, dan sela-sela
batu.
Kebiasaan
Kobra Tanjung termasuk hewan yang aktif di siang hari (durnal).
Kobra Tanjung termasuk hewan yang hidup menyendiri (solitary).
Kobra Tanjung berkelana di atas tanah (terestrial) karena mereka
menghabiskan waktunya di atas tanah. Mereka akan mencari lubang, semak-semak,
celah batu, batang pohon roboh, atau tempat lain yang bisa mereka masuki.
Kobra Tanjung bisa memanjat pohon dan tumbuhan karena merupakan
hewan arboreal meskipun terestrial. Mereka mampu memanjat pohon dengan cukup
lincah. Kemampuan memanjat pohon membantunya berlindung dari panas dan potensi
serangan predator serta ingin memakan telur-telur burung yang berada di atas
sana.
Kobra Tanjung kemungkinan aktif di senja hari menjelang matahari
terbit dan terbenam ketika cuaca sangat panas atau suhu udara sedang panas
tetapi jarang sekali terlihat pada malam hari.
Kobra Tanjung kemungkinan memangsa sesama jenisnya sendiri atau
kanibal. Mereka bersifat kanibal terhadap sesame individu yang muda atau
berukuran lebih kecil dari mereka.
Jika merasa terancam, Kobra Tanjung akan berubah menjadi agresif
dengan mengangkat kepala dan bagian depan tubuhnya hingga membuka tudung di
lehernya disertai dengan mendesis yang keras untuk memperingatkan
pengganggunya.
Jika dirasa pengganggu tak kunjung pergi dan gangguannya tidak
terlalu berarti, Kobra Tanjung akan segera meloloskan diri dan menyerang dengan
cepat tetapi mereka akan melakukan pertahanan diri khasnya lagi jika mengetahui
pergerakan apapun.
Kobra Tanjung tidak menyemburkan cairan bisa sehingga berbeda
dengan kebanyakan ular kobra lainnya.
Kobra Tanjung sangat pemalu dan menghindari interaksi dengan
manusia bahkan jauh sangat cenderung melarikan diri dibandingkan bersaing
dengan manusia. Meskipun tenang, mereka menyerang dengan cepat dan mudah.
Makanan
Kobra Tanjung termasuk hewan pemakan daging (karnivora).
Makanannya adalah hewan pengerat, ular lain, burung, mamalia kecil, dan kadal.
Predator
Hewan yang suka memangsa Kobra Tanjung adalah Musang Madu (Honey
Badger), Meerkat, garangan, burung pemangsa, dan Burung Sekretaris.
Fakta Unik
Kobra Tanjung berperan penting dalam ekosistem tempat mereka
tinggal. Mereka gemar memangsa hewan pengerat sehingga membantu mengontrol
populasinya. Kobra Tanjung juga bermanfaat dalam mengendalikan hama hewan
pengerat karena sering ditemukan di dekat lahan pertanian dan pemukiman
manusia.
Serangan Kobra Tanjung bisa mengakibatkan gigitan fatal dan kobra
ini diketahui memiliki bisa yang setara dengan Mamba Hitam. Jenis bisa Kobra
Tanjung yaitu postsynaptic neurotoxin yang akan menyerang sistem saraf
hingga jantung. Selain itu, diduga ada kandungan cardiotoxin karena korban tak
jarang mengalami gangguan sistem pernapasan. Kobra Tanjung bisa menyuntikkan
bisa sekitar 100 – 150 mg ke tubuh korban mereka dalam sekali gigitan. Jika
tidak mendapatkan perawatan yang memadai, manusai yang tidak sengaja digigit
oleh ular kobra ini bisa meregang nyawa hanya dalam hitungan 1 – 10 jam. Angka
kematian dari bisa Kobra Tanjung dikperkirakan sekitar 60% jika tidak
mendapatkan perawatan medis.
Kobra Tanjung memiliki berbagai nama lain yang bergantung dari
warna sisiknya. Penduduk Afrika Selatan menyebut kobra ini “geelslang” yang
artinya “ular kuning”, “bruinkapel” yang artinya “kobra cokelat” dan “koperkapel”
yang artinya “kobra tembaga”.
Musim Kawin
Musim kawin Kobra Tanjung berlangsung antara bulan November hingga
Desember.
Cara Berkembang Biak
Kobra Tanjung termasuk hewan yang bertelur (ovipar). Mereka mampu
mengeluarkan 8 – 20 butir telur kobra.
Status Konservasi
Tidak ada data tentang jumlah populasi dan tidak ada perkiraan khusus
populasi Kobra Tanjung karena tidak ada ancaman besar terhadap kobra ini di
alam liar saat ini.
Karena
itu Kobra Tanjung termasuk hewan dalam daftar
di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan
status konservasi LC (Least Concern).(jef)



Comments
Post a Comment