Tuatara Sang Reptil Purba yang Selamat dari Kepunahan

Tuatara merupakan reptil dari famili Sphenodontidae dan nama Latinnya yaitu Sphenodon punctatus.

Tuatara hanya tersebar di beberapa wilayah kecil Selandia Baru dan saat ini mereka hanya ditemukan di 32 pulau yang bebas dari predator. Mereka merupakan endemik Selandia Baru.

 

Klasifikasi

 


Berikut klasifikasi Tuatara

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Reptilia

Ordo: Rhynchocephalia

Subordo: Sphenodontia

Infraordo: Eusphenodontia

Klad: Neosphenodontia

Famili: Sphenodontidae

Subfamily: Sphenodontinae

Genus: Sphenodon

Spesies: Sphenodon punctatus

 

Ciri-ciri

 

Tuatara memiliki tubuh yang berwarna kelabu kehijauan, hijau zaitun, cokelat oranye merah, hingga kelabu kecokelatan.

Tuatara memiliki gigi yang terdiri dari dua baris di bagian depan dan baris gigi terbanyak berada di rahang bagian belakang baik rahang atas maupun rahang bawah.

Tuatara memiliki tengkorak yang berbeda dengan kadal yaitu bagian premaksila berada di depan bawah nasal sedangkan tulang maksila bagian prefrontal, frontal, dan postfrontal terletak di atas rongga mata.

Tuatara memiliki tubuh yang kokoh dan mirip kadal dengan kepala yang besar.

Tuatara memiliki anggota tubuh yang berkembang dengan baik disertai ekor yang tebal.

Si jantan memiliki duri khas yang membentang di sepanjang leher dan punggungnya untuk memikat si betina.

Tuatara memiliki mata yang bisa fokus secara independen dan diduga memiliki pengelihatan warna yang baik.

Tuatara memiliki mata ketiga atau mata parietal yang terletak di bagian atas tengkorak untuk mendeteksi cahaya, mengukur intensitas cahaya, dan mengatur intensitas cahaya. Akan tetapi, organ ini berfungsi untuk menyerap sinar ultraviolet yang dibutuhkan untuk memproduksi vitamin D dan mengatus siklus gelap terang untuk aktivitas Tuatara. Bagian ini memiliki retina, lensa, dan ujung saraf tetapi tidak untuk melihat.

Tuatara memiliki panjang 80 cm dan berat 1,3 – 1,5 kg.

 

Habitat

 

Habitat Tuatara di padang rumput serta pulau-pulau tebing dengan vegetasi, semak belukar, dan hutan beriklim sedang.

 

Kebiasaan

 


Tuatara termasuk hewan yang aktif di malam hari (nocturnal) tetapi individu muda aktif di siang hari (diurnal).

Tuatara termasuk hewan yang hidup menyendiri (solitary) karena menghabiskan waktunya sendirian.

Tuatara memiliki pertumbuhan yang sangat lama dan paling lambat dibandingkan reptil lainnya sehingga membutuhkan waktu 10 – 20 tahun untuk mencapai dewasa dengan tumbuh maksimal hingga 35 tahun. Rata-rata hidup tercatat sekitar 60 tahun dan kemungkinan hingga 100 tahun.

Tuatara merupakan hewan yang cukup pemalu.

Tuatara mampu bertahan hidup di lingkungan dengan suhu yang sangat rendah. Biasanya mereka aktif pada suhu 12˚C dan bisa bertahan pada suhu yang sangat rendah hingga 5˚C. mereka tidak tahan dengan cuaca lebih dari 25˚C.

Tuatara merupakan predator oportunistik yang mengonsumsi berbagai jenis makanan. Kemungkinan mereka memakan sesama jenisnya (terutama bayi Tuatara) karena mereka melakukan kanibalisme jika persediaan makanan belum ada.

Tuatara bisa merubah warna selama hidupnya dimana pergantian kulit tersebut biasanya dilakukan setahun sekali.

Tuatara sering berjemur di siang hari untuk menghangatkan tubuhnya.

Tuatara berlari diperkirakan dengan kecepatan hingga 15 mil/jam atau 24 km/jam sehingga mereka memanfaatkannya untuk melarikan diri dari predator.

Tuatara memiliki umur yang relatif panjang yaitu 60 tahun atau lebih di alam liar dan bisa hidup 100 tahun di penangkaran.

 

Makanan

 

Tuatara termasuk hewan pemakan daging (karnivora). Makanannya adalah burung, telur burung laut, kadal, katak, cacing, serangga, kaki seribu, laba-laba, dan kemungkinan anaknya sendiri.

 

Fakta Unik

 


Tuatara merupakan salah satu anggota yang masih hidup dari ordo Rhynchocephalia dan suborod Sphenodontia dimana mewakili banyak spesies selama uisa dinosaurus sekitar 200.000.000 tahun yang lalu. semua spesies (kecuali Tuatara) menurun dan akhirnya punah sekitar 60.000.000 tahun yang lalu. sebagian besar kerabatnya sudah punah pada akhir periode Jura menjadikan Tuatara sebagai satu-satunya peninggalan dari ordo reptil ini sehingga membuatnya dijuluki sebagai “fosil hidup”.

Tuatara adalah spesies tanggal Sphenodon punctatus. Spesies kedua yaitu Sphenodon guntheri diketahui pada tahun 1989 dan dihentikan pada tahun 2009 ketika penelitian menyimpulkan bahwa lebih baik Tuatara digabungkan menjadi satu spesies.

Meskipun sekilas mirip kadal, Tuatara bukan bagian dari kelompok reptil modern seperti ular dan kadal karena mereka berasal dari cabang evolusi yang berbeda sehingga menjadikannya lebih dekat dengan dinosaurus dan burung seperti ayam secara genetik. Keunikan ini menjadikan Tuatara sebagai salah satu spesies yang paling penting dalam memahami evolusi reptil.

Nama “Tuatara” berasal dari bahasa Maori yang berarti “puncak di punggung”.

 

Musim Kawin

 

Musim kawin Tuatara berlangsung di pertengahan musim panas.

 

Cara Berkembang Biak

 

Tuatara termasuk hewan yang bertelur (ovipar). Mereka mampu mengeluarkan 1 – 19 butir telur Tuatara.

 

Status Konservasi

 

Di pulau-pulau Selandia Baru, Populasi Tuatara diperkirakan mencapai puluhan ribu ekor tetapi jumlah tersebut masih jauh di bawah jumlah normal populasi dari reptil pada umumnya. Ancaman serius bagi Tuatara adalah predator yang masuk ke beberapa pulau melalui pemukiman manusia. anjing, tikus, kucing, dan musang memberikan dampak dan pengaruh bagi jumlah populasi Tuatara. Tuatara uga terancam akibat perubahan iklim. Populasi Tuatara menurun akrena kerusakan habitat dan perburuan.

Karena itu, Tuatara termasuk hewan dalam daftar di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan status konservasi LC (Least Concern) dan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks I.(jef)

Comments

Popular posts from this blog

Hyena Tutul, Hyena yang Licik dan Cerdas dalam Kelompok

Musang Madu yang Pemberani dan Ganas

Mambruk Victoria, Mambruk Endemik Papua Barat