Ayam Hutan Hijau Endemik Indonesia
Ayam Hutan Hijau merupakan spesies ayam hutan dari famili Phasianidae dan nama Latinnya yaitu Gallus varius. Ayam Hutan Hijau disebut juga dalam bahasa Inggris yaitu Green Junglefowl, Green Javanese Junglefowl, Javan Junglefowl, dan Forktail. Di daerah Sunda, Ayam Hutan Hijau disebut canghegar atau cangehgar. Dalam bahasa Jawa, Ayam Hutan Hijau disebut atau dikenal dengan ayam alas atau ajem allas. Di Madura (Jawa Timur), Ayam Hutan Hijau dikenal dengan nama tarattah.
Ayam Hutan Hijau tersebar di Jawa, kepulauan Nusa Tenggara, Lombok, Flores, Pulau Komodo, Rinca, Bali, dan pulau-pulau kecil yang menghubungkan Jawa dengan Flores.
Klasifikasi
Berikut
klasifikasi Ayam Hutan Hijau
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Classo : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus
varius
Ciri-ciri
Ayam Hutan Hijau memiliki bulu ekor yang panjang,
berwarna hitam berkilau kehijauan, dan jumlahnya 16 lembar.
Ayam Hutan Hijau memiliki jengger yang bundar, tidak bergerigi, berwarna
ungu hingga merah ke arah puncaknya, dan berwarna kebiruan pada tengahnya dengan
pial yang jumlahnya hanya 1 buah, Si jantan memiliki pipi yang warnanya serupa dengan
dibatasi warna biru di tepiannya dan warna kuning di dekat tenggorokannya.
Ayam Hutan Hijau memiliki bulu yang berwarna hijau mengkilap
dengan tepian yang berwarna hitam pada bagian tengkuk, leher, dan mantelnya
sehingga membuatnya tampak seperti sisik ikan.
Ayam Hutan Hijau memiliki bulu-bulu meruncing yang berwarna kuning
keemasan yang menutupi bagian pinggulnya dengan warna hitam pada bagian
tengahnya dengan bulu bagian bawah yang berwarna hitam.
Si betina memiliki bulu yang berwarna kuning kecokelatan dengan garis-garis
dan bintik-bintik hitam serta tidak memiliki jengger yang berwarna-warni.
Ayam Hutan Hijau memiliki iris yang berwarna merah dengan paruh
yang berwarna abu-abu keputihan hingga keabu-abuan.
Ayam Hutan Hijau memiliki kaki yang berwarna kekuningan hingga
sedikit kemerahan.
Si
jantan memiliki panjang 60 – 75 cm dan berat 1,4 kg sedangkan si betina memiliki panjang 42
– 46 cm dan berat 1 kg.
Habitat
Habitat
Ayam Hutan Hijau di daerah terbuka, padang
rumput, tepi hutan, pinggiran hutan, semak belukar, lahan subur, dan daerah
dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Di daerah Jawa Barat, mereka bisa
tinggal di ketinggian 1.500 mdpl. Di Jawa Timur, mereka juga ditemukan tinggal
di ketinggian 3.000 mdpl. Di Lombok, mereka ditemukan di ketinggian hingga 2.400
mdpl.
Kebiasaan
Ayam Hutan Hijau termasuk hewan yang hidup
berkelompok dalam kawanan terdiri dari 2 – 7 ekor atau lebih, mencari makan di
rerumputan di dekat kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi, atau banteng.
Kawanan ini didominasi oleh si jantan yang akan memimpin kelompoknya untuk
mencari makan dan minum serta kembali ke area hutan tertutup.
Ayam Hutan Hijau biasanya mencari makan di tempat-tempat terbuka
dan berumput pada pagi dan sore hari sedangkan di siang yang terik berlindung
di bawah naungan tajuk hutan. Pada malam hari, mereka tidur tak berjauhan di
rumpun bambu, perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5 – 4
m di atas tanah.
Ayam Hutan Hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais
kotoran herbivora ungulata besar untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna
atau serangga yang memakan kotoran itu.
Ayam Hutan Hijau terkenal dengan tingkah lakunya yang gesit dan
tangkas.
Ayam Hutan Hijau sangat pandai terbang dan bisa terbang dengan
ketinggian sekitar 7 m atau lebih berbeda dengan jenis ayam pada mumumnya yang
tidak dapat terbang tinggi.
Ayam jantan berkokok dengan suara nyaring sengau dan diawali
dengan bunyi cek-kreh sebanyak 10 – 15 kali kemudian diikuti oleh si
jantan yang lain. Ayam betina memiliki suara yang kecil-nyaring dan berkotek
mirip dengan ayam kampung biasa.
Makanan
Ayam Hutan Hijau termasuk hewan (omnivora).
Makanannya adalah aneka biji-bijian, pucuk, rumput, dedaunan, serangga,
laba-laba, cacing, kodok, katak, siput, dan kadal kecil.
Fakta
Unik
Ayam Hutan Hijau memiliki pola makan yang membantunya mengendalikan
populasi serangga dan menyebarkan biji-bijian.
Kegiatan kawin silang pada Ayam Hutan Hijau sudah dilakukan sejak
lama di Provinsi Jawa Timur. Secara spesifik, ayam hutan ini dikawinkan dengan Ayam
Domestik (Gallus gallus domesticus) dan menghasilkan spesies hibrida
yang dinamakan Ayam Bekisar (Gallus varius x Gallus gallus domesticus).
Ayam Bekisar memiliki ciri unik yang membedakannya dari Ayam Domestik dan Ayam
Hutan Hijau yaitu kemampuan terbang yang baik serta memiliki warna bulu yang
indah seperti ayam hutan tersebut. Akan tetapi, perkawinan silang tersebut membuat
keberagaman genetik dari Ayam Hutan Hijau semakin berkurang.
Ayam Hutan Hijau seringkali disebut sebagai nenek moyang ayam
peliharaan karena masih berkerabat dengan Ayam Hutan Merah (Gallus gallus).
Cara
Berkembang Biak
Ayam Hutan Hijau termasuk hewan yang bertelur
(ovipar). Mereka mampu mengeluarkan 3 – 4 butir ayam hutan.
Status
Konservasi
Populasi
Ayam Hutan Hijau masih stabil sehingga tidak ada ancaman
besar yang dihadapi ayam hutan ini.
Karena itu, Ayam Hutan Hijau termasuk hewan dalam daftar di IUCN
(International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan
status konservasi LC (Least Concern).(jef)



Comments
Post a Comment