Kuskus Waigeo Si Marsupial Endemik Pulau Waigeo

Kuskus Waigeo merupakan spesies kuskus dari famili Phalangeridae dan nama Latinnya yaitu Spilocuscus papuensis. Kuskus Waigeo disebut juga Kuskus Tutul Waigeo atau Kuskus Scham-Scham.

Kuskus Waigeo tersebar di Pulau Waigeo, Raja Ampat, dan pulau-pulau kecil wilayah Papua Barat. Mereka merupakan endemik Pulau Waigeo bagian dari kepulauan Raja Ampat di Papua Barat.

 

Klasifikasi

 


Berikut klasifikasi Kuskus Waigeo

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Mamalia

Infraclass : Marsupialia

Ordo: Diprotodontia

Famili: Phalangeridae

Genus: Spilocuscus

Spesies: Spilocuscus papuensis

 

Ciri-ciri

 

Kuskus Waigeo memiliki dominasi bulu yang berwarna putih hingga keabu-abuan dengan corak atau pola tutul yang berwarna hitam di sebagian besar area tubuhnya sehingga dikenal dengan nama Kuskus Tutul Waigeo.

Kuskus Waigeo memiliki mata yang besar, bulat, dan berwarna kuning, oranye, merah, hingga kemerahan dengan pupil mata yang memiliki bentuk celah vertikal untuk membantunya melihat dalam kegelapan.

Kuskus Waigeo memiliki wujud yang hampir sama dengan Kuskus Tutul Hitam (Spilocuscus rufoniger).

Kuskus Waigeo memiliki cakar yang kuat dan berwarna oranye dengan ekor yang panjang, juga berwarna oranye, dan prehensil atau bisa menggenggam yang memungkinkannya bergerak dengan mudah di antara cabang-cabang pohon sehingga ekor mereka sangat penting bagi keseimbangan dan mobilitasnya di kanopi hutan yang rapat.

Kuskus Waigeo memiliki kantung di perutnya dimana anak-anaknya berkembang sesudah lahir sebagai marsupial.

Kuskus Waigeo memiliki wajah yang berwarna oranye.

Kuskus Waigeo memiliki panjang 47 – 56 cm dan berat 2,65 kg. Si jantan memiliki panjang 497 – 560 mm sedangkan si betina memiliki panjang 472 mm.

 

Habitat

 


Habitat Kuskus Waigeo di hutan hujan tropis lebat, kanopi hutan, hutan dataran rendah, hutan pegunungan, dan wilayah-wilayah dengan ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut.

 

Kebiasaan

 


Kuskus Waigeo termasuk hewan yang hidup menyendiri (solitary).

Kuskus Waigeo termasuk hewan yang aktif di malam hari (nocturnal) untuk berburu mencari makan dan tidur di siang hari.

Kuskus Waigeo tergolong pemalu bahkan cukup jarang menampakkan dirinya dan menghindari konflik jika tidak merasa terancam. Tetapi ketika berada dalam kondisi terhimpit dan merasa terancam, mereka seketika akan berubah menjadi agresif dan sanggup menggigit serta menendang lawannya.

Kuskus Waigeo mengandalkan pengelihatan yang tajam untuk mencari makan dan menghindari predator di malam hari.

Kuskus Waigeo memiliki perilaku arboreal yaitu menghabiskan waktunya di atas pohon saja. Meskipun hampir sepanjang waktu di pohon, mereka kemungkinan turun ke rongga pohon, akar-akar pohon, atau celah bebatuan sehingga bertujuan untuk mencari makanan lain dan menandai wilayah.

Kuskus Waigeo biasanya akan bersifat agresif jika wilayahnya diusik. Mereka akan mengusir si jantan lain yang mencoba masuk ke wilayahnya. Mereka akan menandai wilayahnya dengan bebauan dari tubuh dan ekskresi kelenjar aroma.

Kuskus Waigeo menyukai iklim yang hangat dan basah.

 

Makanan

 

Kuskus Waigeo termasuk hewan pemakan segala (omnivora). Makanannya adalah dedaunan, bunga, buah-buahan, binatang-binatang kecil, telur, serangga, reptil kecil, anak burung, dan kemungkinan kulit kayu. Mereka memiliki pola makan yang fleksibel dan bisa beradaptasi dengan perubahaan ketersediaan makanan di habitatnya.  

 

Fakta Unik

 

Kuskus Waigeo berperan penting di dalam hutan hujan tropis Pulau Waigeo yaitu membantu menyebarkan biji-bijian melalui kotorannya karena sebagai pemakan buah-buahan sehingga membantu dalam regenerasi hutan serta memungkinkan tumbuhan baru untuk tumbuh dan menyebar. Mereka membantu penyerbukan bunga dan merupakan mangsa bagi beberapa predator alami seperti burung pemangsa besar dan ular.  

 

Cara Berkembang Biak

 

Kuskus Waigeo termasuk hewan yang melahirkan (vivipar). Mereka mampu melahirkan 1 – 3 ekor bayi kuskus.

 

Status Konservasi

 

Populasi Kuskus Waigeo mengalami penurunan karena perburuan, aktivitas manusia yang semakin meningkat, penebangan hutan, perluasan perkebunan, deforestasi, dan kerusakan habitat meskipun mereka berada di salah satu kawasan yang relatif terpencil. Data yang dipublikasikan pada tahun 2015 tidak menyebutkan jumlah pasti dari Kuskus Waigeo sehingga membuat status mereka mengkhawatirkan karena kesulitan untuk diidentifikasi.

Karena itu, Kuskus Waigeo termasuk hewan dalam daftar di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan status konservasi VU (Vulnerable) dan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks II.

Indonesia sendiri melindungi Kuskus Waigeo dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENHLK/SETJEN/KUM.1/12/2018.(jef)

Comments

Popular posts from this blog

Hyena Tutul, Hyena yang Licik dan Cerdas dalam Kelompok

Musang Madu yang Pemberani dan Ganas

Mambruk Victoria, Mambruk Endemik Papua Barat