Addax si Antelop yang Sangat Terancam Punah
Addax merupakan spesies antelop dari famili Bovidae dan nama Latinnya yaitu Addax nasomaculatus. Addax disebut juga dengan Antelop Putih atau dalam bahasa Inggrisnya disebut Screwhorn Antelope.
Addax
tersebar di Chad, Niger, serta
perbatasan Republik Mali dan Mauritania.
Klasifikasi
Berikut klasifikasi Addax
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Bovidae
Subfamili: Hippotraginae
Genus: Addax
Spesies: Addax nasomaculatus
Ciri-ciri
Addax
memiliki tanduk yang memutar seperti
sekrup, berbentuk spiral, dan panjang rata-rata 72 cm. Si betina memiliki
tanduk yang panjangnya 55 – 80 cm sedangkan si jantan memiliki tanduk yang
panjangnya 70 – 85 cm. bagian bawah dan bagian tengah tanduknya ditandai dengan
serangkaian 30 – 35 tonjolan berbentuk cincin.
Addax
memiliki bulu yang berwarna pucat dan berubah tergantung musim. Di,musim
dingin, bulunya berwarna cokelat keabu-abuan di kaki dan bagian belakang atau
punggung serta bulunya berwarna abu-abu, krem, hingga cokelat tua dengan rambut
yang panjang dan berwarna cokelat di kepala, leher, dan pundaknya. Di musim
panas, bulunya hampir seluruhnya berwarna putih, cokelat pucat, atau pirang
seperti pasir.
Addax
memiliki tapak kaki yang lebar dan dirancang khusus agar tidak mudah tenggelam
ke dalam pasir dengan kaki yang lebih pendek dibandingkan kebanyakan jenis
antelop membuat keseimbangan tubuhnya sangat terjaga ketika berjalan di atas
pasir sehingga kaki dan telapak kakinya tidak dirancang untuk kecepatan dalam
berlari cepat dan menjadi mangsa predator yang sangat cepat.
Addax
memiliki pola yang berwarna putih di wajahnya menyerupai tanda “X” diantara
kedua matanya. Mereka juga memiliki janggut yang kurang rata.
Addax
memiliki tubuh yang sangat efisien dalam menghemat air sehingga mereka
mengeluarkan feses yang kering dan urine pekat.
Addax
memiliki usus yang beradaptasi untuk menghancurkan rumput kasar yang berfermentasi
lambat sehingga ususnya menahan makanan yang rata-rata sekitar 42 jam lebih
lama dibandingkan kebanyakan mamalia lainnya.
Addax
memiliki ekor yang pendek dan ramping dengan ujungnya berupa rumbai yang
berwarna hitam serta mereka memiliki kelenjar aroma di kakinya.
Addax memiliki panjang 120 – 130 cm, berat 60 – 125 kg, dan
tinggi 95 cm – 1,15 m. si jantan memiliki tinggi 1,10 – 1,15 m sedangkan si
betina memiliki tinggi 95 cm – 1,1 m.
Habitat
Habitat Addax
di wilayah kering, semi-gurun, gurun
berbatu, gurun pasir, dan dapat ditemukan di daerah yang sangat kering dengan
curah hujan kurang dari 100 mm.
Kebiasaan
Addax
termasuk hewan yang hidup
berkelompok dalam kawanan yang terdiri dari 5 – 20 anggota baik si jantan
maupun si betina dan biasanya tinggal dalam satu tempat. Biasanya si jantan
tertua yang dominan akan memimpin kawanan tersebut dan sekumpulan betina di
dalam kawanan akan membentuk hierarki sosial dengan individu si betina tertua
memiliki peringkat tertinggi
Addax termasuk hewan yang aktif di
malam hari (nocturnal) karena sering mencari makanan dnegan memanfaatkan suhu malam
yang sangat sejuk untuk memudahkannya menghemat energi dan menghindari panas
terik siang hari.
Di siang hari, Addax akan mencari tempat berlindung dan menggali pasir untuk
mereka tidur. Tempat itu juga digunakan untuk menghindari panas matahari gurun
dan berlindung dari badai pasir.
Addax merupakan hewan sosial yang
hidup dalam kawanan nomadik sehingga mereka tidak hanya menetap satu wilayah
dan cenderung hidup berpindah-pindah.
Addax mampu melacak curah hujan
sehingga terkadang mereka menuju ke wilayah dengan curah hujan yang cukup
tinggi.
Addax memiliki kemampuan sensorik
yang memungkinkannya mendeteksi dan menemukan satu sama lain dalam jarak yang
sangat jauh sehingga masing-masing mereka mampu hidup berjauhan satu sama lain
di habitatnya tanpa menimbulkan masalah.
Addax berkomunikasi melalui dengusan,
juga saling menyentuh, dan membaui satu sama lain untuk melindungi diri dari predator.
Addax memiliki tingkat toleransi tinggi
terhadap peningkatan suhu tubuh ketika siang hari selama beberapa saat sebelum
akhirnya terengah-engah untuk mendinginkan tubuh.
Addax mendapat sebagian besar air
yang diperlukan tubuhnya dari tumbuhan yang mereka makan dan mampu bertahan
hidup dalam waktu lama tanpa air. Mereka memiliki waktu yang sangat banyak
dalam memecah selulosa dan mengekstrak nutrisi di dalamnya.
Makanan
Addax
termasuk hewan pemakan tumbuhan
(herbivora). Makanannya adalah rumput gurun, semak belukar, sukulen, daun pohon
Akasia, semak-semak, dan rumput bahkan dedaunan dari semak-semak serta
polong-polongan.
Fakta Unik
Addax
dideskripsikan pertama kali secara ilmiah oleh Henri de Blainville pada tahun
1816.
Addax menjadi salah satu antelop
terlamban karena bentuk adaptasinya yang tinggal di daerah berpasir sehingga
kerap dimangsa oleh predator.
Meskipun
langka di alam liar, Addax ditemukan di Kebun Binatang Hanover
di Jerman dan Kebun Binatang St.Louis di Amerika. Upaya konservasi mencakup
pemeliharaan hewan yang lahir di kebun binatang yang mungkin suatu hari nanti
dapat membantu meningkatkan populasi hewan liar.
Musim Kawin
Musim
Kawin Addax berlangsung sepanjang tahun.
Cara Berkembang Biak
Addax termasuk hewan yang melahirkan
(vivipar). Mereka mampu menghasilkan 1 ekor bayi antelop.
Status Konservasi
Populasi
Addax terus menurun akibat perburuan yang kurang
terkendali,kerusakan habitat, perubahan iklim, munculnya kendaraan bermotor,
persenjataan modern, kekeringan, perluasan penggembalaan ke tanah gurun,
aktivitas eksplorasi, produksi migas, dan politik di Libya yang kurang stabil. Addax telah mengalami penurunan populasi secara
signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka
merupakan mamalia yang paling terancam punah. Dulu Addax ditemukan di
bagian utara Afrika serta di sisi barat laut dan timur Sahara tetapi hanya di
beberapa bagian negara saja. Addax punah
secara regional di Algeria, Mesir, Libya, Sudan, dan Sahara Barat. Akan tetapi
mereka telah diperkenalkan kembali di Maroko dan Tunisia.
Karena itu, Addax termasuk hewan dalam
daftar di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red
List dengan status konservasi CR (Critically Endangered) dan CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks I.(jef)
Comments
Post a Comment