Shoebill yang Paling Unik dan Sang Pemburu Sabar
Shoebill merupakan burung air dari famili Balaenicipitidae dan nama Latinnya yaitu Balaeniceps rex. Shoebill disebut juga Bangau Paruh Sepatu atau Bangau Kepala Paus.
Shoebill
tersebar di wilayah perairan Afrika Timur,
Etiopia, Kenya, Uganda, Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo bagian timur,
Tanzania bagian barat, dan Zambia.
Klasifikasi
Berikut klasifikasi Shoebill
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Famili : Balaenicipitidae
Genus : Balaeniceps
Spesies : Balaeniceps rex
Ciri-ciri
Shoebill
memiliki paruh yang besar, sangat kuat, berwarna cokelat, menyerupai sepatu
kayu Belanda, panjangnya mencapai 24 cm, dan tebalnya mencapai 20 cm dengan
ujung paruhnya yang runcing dan tajam digunakan untuk mengoyak mangsa, memotong
mangsa dengan cepat, menangkap mangsa, membunuh mangsa, memegang mangsa dengan
erat hingga memastikan tidak ada yang lolos, dan memudahkannya menyeimbangkan
tubuhnya ketika berdiri di air dangkal. Bagian ini menjadikannya salah satu
paruh terpanjang di dunia burung.
Shoebill
memiliki bulu yang berwarna abu-abu kebiruan memberikan mereka tampilan yang
elegan tetapi misterius dengan bagian perut yang berwarna putih.
Shoebill
memiliki kemiripan dengan jenis burung bangau maupun burung pelikan yang
berhabitat di area perairan dan menjadi salah satu burung yang unik.
Shoebill
memiliki kaki yang panjang, ramping, dan berwarna hitam memungkinkannya berdiri
dengan stabil di perairan dangkal.
Shoebill
memiliki jari-jari kaki yang sangat panjang dan terbagi sempurna tanpa selaput
di antaranya.
Shoebill
memiliki sayap yang lebar dan kuat memungkinkan mereka untuk terbang jarak
pendek meskipun ukuran tubuhnya besar bahkan sebagai alat keseimbangan ketika
berdiri dan menakuti predator.
Shoebill
memiliki mata yang berwarna kuning, hijau, dan biru dengan tatapan intens dan
seolah-olah tidak pernah berkedip.
Shoebill
memiliki jambul kecil atau seberkas bulu kecil tegak di bagian belakang
kepalanya.
Shoebill
memiliki panjang 1 – 1,4 m, berat 4 – 7 kg, lebar
sayap 2,3 – 2,6 m, dan tinggi 1,1 – 1,4 m. Mereka juga mampu tumbuh hingga
tinggi 1,5 m. Si jantan memiliki berat 5,6 kg sedangkan si betina memiliki
berat 4,9 kg.
Habitat
Habitat Shoebill di rawa-rawa
air tawar yang luas dengan vegetasi campuran papirus dan alang-alang serta
dataran banjir air tawar yang ada pada area tropis. Mereka juga sangat menyukai
tinggal pada area yang memiliki rerumputan tinggi seperti tumbuhan papirus dan
lainnya.
Kebiasaan
Shoebill
termasuk hewan yang hidup menyendiri (solitary) untuk berburu mangsa dan
kemungkinan merupakan adaptasi terhadap habitatnya yang khusus dan kebutuhan
akan area untuk berburu mangsa.
Shoebill
memiliki kebiasaan unik dalam hal berburu mangsa yaitu mereka akan cenderung
berdiri diam yaitu diam menyerupai patung selama beberapa jam menunggu mangsa
mendekati sebelum menyerang dengan cepat dan tepat. Teknik berburu ini disebut
“berburu sabar” dan sangat efektif di habitat rawa tempat burung ini tinggal.
Shoebill
memiliki perilaku unik lainnya yaitu buang air besar pada dirinya sendiri untuk
mendinginkan tubuh sehingga hal ini disebut urohydrosis.
Shoebill
memiliki hubungan tidak langsung dengan kuda nil dan saling menguntungkan di
habitat mereka. Kuda Nil sering membuat saluran di rawa-rawa ketika mereka
bergerak sehingga memudahkan Shoebill untuk mengakses area makan yang
kemungkinan sulit dijangkau sebelumnya. Aktivitas Kuda Nil di air sering
memaksa ikan muncul ke ke permukaan secara tidak langsung membantu Shoebill
dalam berburu.
Shoebill
merupakan predator yang tangguh dengan memanfaatkan paruhnya untuk menangkap
dan memangsa makanannya.
Shoebill
memiliki panggilan khas yang berbunyi “klak-klak” yang terdengar keras dan
misterius digunakan untuk interaksi sosial dan menandai wilayah mereka. Suaranya
sangat keras hingga tampak menyerupai desingan peluru dari senjata.
Shoebill
mampu bertahan hingga umur 35 tahun di alam liar dan 50 tahun di penangkaran.
Shoebill
sangat teritorial bahkan mereka akan menyerang hewan apapun yang masuk ke
wilayahnya termasuk buaya. Mereka kerap terlihat memangsa anak buaya yang
menjadi makanannya.
Shoebill
cenderung memilih perairan yang kurang oksigen yang dimana ikan selalu muncul ke
permukaan untuk bernapas membantu Shoebill dalam berburu.
Shoebill
bukan penerbang jarak jauh karena mampu terbang dengan lambat yaitu sekitar 150
kali per menit dan burung ini biasanya terbang tanpa melebihi jarak 500 m. Mereka
menggunakan pola terbang mengepak dan meluncur bergantian yang kemungkinan cara
untuk menghemat energi karena ukuran tubuhnya yang besar.
Makanan
Shoebill
termasuk hewan pemakan daging (karnivora). Makanannya
adalah ikan, katak, lele, ular, ikan nila, kura-kura, siput, hewan pengerat,
unggas air, biawak, kodok, ikan paru-paru atau lungfish (makanan utama Shoebill), jenis ikan lainnya, buaya kecil, dan anak buaya.
Fakta Unik
Populasi
terbesar bisa ditemukan di daerah Shudd yang menjadi benteng utama Shoebill.
Meskipun terkadang salah disebut sebagai bangau, Shoebill
sesungguhnya merupakan salah satu dari anggota genus Balaeniceps dan keluarga
besar Balaenicipitidae dengan kerabat terdekatnya yang masih hidup yaitu burung
pelikan. Nenek moyangnya dari ordo Pelecaniformes muncul pada zaman akhir Cretaceous
sekitar 145.000.000 – 66.000.000 tahun lalu. Pada awalnya, ada perdebatan
tentang Shoebill karena bentuk fisik mereka yang identik dengan burung bangau
dan burung pelikan.
Musim Kawin
Musim kawin Shoebill beragam tergantung lokasi.
Cara Berkembang Biak
Shoebill
termasuk hewan yang bertelur (ovipar). Mereka mampu
mengeluarkan 1 – 3 butir telur burung. Pasangan Shoebill hanya
berkembang biak setiap 2 – 3 tahun sekali.
Status Konservasi
Populasi Shoebill terus menurun karena perburuan
liar, perubahan iklim, aktivitas manusia, sedikit keturunan dari hasil reproduksi,
dan kehilangan habitat alami.
Karena
itu, Shoebill termasuk hewan dalam daftar di IUCN
(International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan
status konservasi VU (Vulnerable) dan CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks II.(jef)



Comments
Post a Comment