Banteng Jawa, Banteng dalam Simbol Pancasila Sila Ke-4

Banteng Jawa merupakan spesies banteng dari keluarga Bovidae dan nama Latinnya yaitu Bos javanicus. Banteng Jawa sering disebut Tembadau atau Javan Banteng.

Banteng ini tersebar di seluruh Pulau Jawa. Banteng ini juga dapat ditemukan di Pulau Bali dan Kalimantan serta beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam.

Klasifikasi

Berikut klasifikasi Banteng Jawa

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos javanicus

Ciri – Ciri

Tubuh Banteng Jawa tergantung pada si betina atau jantan.

Tubuh si jantan berwarna hitam, sedangkan si betina berwarna cokelat muda atau oranye kemerahan.

    Jantan

    Betina

Warna putih terdapat pada kaki bagian bawah, moncong, daerah sekitar mata, dan bokongnya.

Tubuh banteng ini besar, tegap, dan kuat. 

Tanduknya melengkung runcing ke depan. Panjang tanduknya 60 – 75 cm. Tanduk si jantan melengkung ke atas sedangkan si betina ke dalam. 

Pejantan memiliki punuk di pundak sedangkan betina tidak memilikinya. 

Banteng Jawa memiliki gelambir (dewlap) yang memanjang di bagian tengah dada dari pangkal kaki depan hingga bagian leher (tidak mencapai daerah kerongkongan). 

Pada umumnya, Banteng Jawa memiliki panjang tubuh 190 – 225 cm. Si jantan memiliki tinggi 160 cm dan beratnya 600 – 800 kg. Sedangkan si betina memiliki tinggi 140 cm dan beratnya 590 – 670 kg. 

Habitat

Habitat di hutan musim, hutan montana, lahan pertanian yang ditinggalkan, dan daerah rerumputan.

Kebiasaan

Banteng Jawa termasuk hewan yang aktif di siang hari (diurnal). Namun mereka lebih sering aktif di malam hari (nocturnal).

Banteng Jawa termasuk hewan yang hidup berkelompok dengan jumlah kelompok sebanyak 2 – 40 ekor. Kelompok dipimpin oleh satu pejantan.

Si pejantan tua akan membentuk kelompok kecilnya sendiri dengan jumlah 2 – 3 ekor.

Banteng Jawa termasuk hewan yang tertutup dan sangat waspada, sehingga susah didekati oleh manusia.

Banteng Jawa memiliki indera penciuman dan pendengaran yang tajam. 

Jika ada bahaya, banteng Jawa akan berteriak dengan suara yang tinggi sebagai peringatan kepada yang lainnya.

Banteng Jawa suka hidup di tempat yang jauh dari gangguan predator, terutama manusia.

Mereka mampu melakukan perjalanan sambil mengunyah makanan.

Karena tidak tahan terhadap teriknya sinar matahari, Banteng Jawa selalu berteduh di bawah pohon rindang.

Saat makan, Banteng Jawa mengangkat kepala sambil mengibaskan telinganya untuk mendengar peringatan adanya bahaya.

Tetapi jika tidak, mereka akan kembali makan. Apabila ada bahaya, mereka akan segera menghadap ke arah sumber bahaya sambil memberi isyarat kepada yang lain. 

Jika bahaya mengancam, si betina dan banteng muda akan masuk ke hutan terlebih dahulu lalu disusul oleh si jantan. 

Makanan

Banteng Jawa termasuk hewan pemakan tumbuhan (herbivora).

Makanannya yaitu rumput, buah – buahan, dedaunan, tunas daun, dan ranting muda.

Musim Kawin

Musim Kawin Banteng Jawa berlangsung antara bulan Mei dan Juni.

Cara Berkembang Biak

Banteng Jawa termasuk hewan memamah biak (vivipar).

Mereka mampu melahirkan sebanyak 1 ekor bayi banteng. Mereka biasanya melahirkan di bulan Maret dan April.

Status Konservasi

Populasi Banteng Jawa menurun karena rusaknya habitat aslinya akibat pembukaan lahan untuk pemukiman dan pertanian dan diburu secara liar.

Karena itu, Banteng Jawa termasuk hewan dalam daftar di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan status konservasi EN (Endangered) dan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks I.(jef)

Comments