Takahe Endemik Selandia Baru Yang Langka

Takahe merupakan spesies mandar biru dari famili Rallidae dan nama Latinnya yaitu Porphyrio hochstetteri. Takahe sering disebut juga dengan Takahe Pulau Selatan dalam bahasa Inggris yaitu South Island Takahe.

Takahe tersebar di Selandia Baru terutama di pulau bagian selatan dari negara ini. Saat ini burung endemik Selandia Baru ini diperkenalkan lagi di pulau-pulau seperti Tiritiri, Kapiti, Mana, Matangi, Raud, dan Matoka. Takahe dapat ditemukan di Pegunungan Murchison dan Taman Nasional Kahurungi di Selandia Baru.

 

Klasifikasi

 


Berikut klasifikasi Takahe

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Gruiformes

Famili: Rallidae

Genus: Porphyrio

Spesies: Porphyrio hochstetteri

 

Ciri-ciri

 


Takahe memiliki bulu yang biasanya berwarna biru yaitu berwarna biru tua pada kepala hingga leher dan berwarna biru seperti Merak pada bahunya sedangkan punggung dan sayapnya berwarna hijau zaitun hingga kehijauan. Kemungkinan ada yang berwarna kehitaman sedikit.

Takahe memiliki sayap yang pendek dan terlalu kecil sehingga tidak mampu terbang tetapi digunakan sebagai alat keseimbangan saat sedang memanjat lereng dengan tubuh yang besar.

Takahe memiliki kaki yang besar dan berwarna merah muda dengan jemarinya yang juga panjang digunakan sangat penting untuk mobilitas sehari-hari seperti memberikan kekuatan lari yang cepat untuk ukuran tubuhnya bahkan sangat kuat sehingga menendang dengan cukup keras kalua ada yang berani mengusik mereka.

Takahe memiliki penampilan yang tampak kuat dan bentuk tubuhnya bulat sempurna serta kekar.

Takahe memiliki paruh yang kuat, besar, dan berwarna kemerahan membantunya memakan rumput tussock serta rizoma pakis yang merupakan makanan kesukaan utama bahkan sebagai senjata ekstra mampu memberikan gigitan yang menyakitkan apalagi manusia sekalipun.

Takahe memiliki panjang 63 cm, tinggi 50 cm, dan berat 2,3 – 4,2 kg ukurannya seperti ayam.

 

Habitat

 

Habitat Takahe di rawa, dataran tinggi, padang rumput tussock, hutan campuran, padang rumput alphine, dan padang rumput pegunungan.

 

Kebiasaan

 


Takahe termasuk hewan yang aktif di siang hari (diurnal) sebagai hewan yang sosial.

Takahe termasuk hewan yang hidup menyendiri (solitary), berada dalam kelompok kecil, dan hidup berpasangan yang terdiri dari 1 keluarga saja yaitu si jantan, si betina, dan keturunan mereka yang berusia 1 hingga 2 tahun.

Takahe tidak banyak bergerak dan masih berada di padang rumput hingga salju datang, ketika itu mereka turun ke hutan atau semak belukar.

Takahe bisa hidup antara 16 – 18 tahun di alam liar dan 20 – 22 tahun di situs suaka penangkaran.

Takahe berpasangan monogami seumur hidup.

Takahe mengeluarkan panggilan peringatan yang terdengar seperti “womph” dan “clowp” bernada keras bahkan lumayan berisik.

Takahe lebih teritorial dan agresif saat musim kawin bahkan tidak ragu untuk melindungi wilayah bersarangnya dari si pengganggu atau musuh.

 

Makanan

 

Takahe termasuk hewan pemakan segala (omniivora). Makanannya adalah pangkal daun serta biji tussock, rizoma pakis, rimpang pakis hijau, daun sedge, tunas tanaman, rumput alpin lain, dan kemungkinan serangga.

 

Fakta Unik

 

Rusa Merah merupakan saingan Takahe dalam hal mendapatkan makanan dan wabah cerpelai bisa mengurangi burung endemic Selandia Baru tersebut.

Takahe resmi dan sempat dinyatakan punah pada tahun 1898 setelah 4 spesimen ditemukan tetapi ditemukan kembali oleh Dr. Geoffrey Orbell di Pegunungan Murchison pada tahun 1948.

Takahe, seperti banyak hewan lain di Selandia Baru, berevolusi tanpa mamalia darat asli yang mengelilinginya. Catatan menunjukkan mereka telah menjadi bagian dari Aoetaroa sejak zaman kuno, yang bisa diltelusuri kembali hingga zaman Pleistosen prasejarah, seperti hasil penelitian sisa-sisa fosil mereka.

Bagi masyarakat Maori, Takahe mempunyai nilai budaya tinggi yaitu melambangkan keberhasilan konservasi dan kelestarian alam Selandia Baru.

 

Musim Kawin

 

Musim kawin Takahe berlangsung selama bulan Oktober hingga Januari.

 

Cara Berkembang Biak

 

Takahe termasuk hewan yang bertelur (ovipar). Mereka mengeluarkan 1 – 3 butir telur burung.

 

Status Konservasi

 

Populasi Takahe kini jumlahnya terus bertambah atau meningkat tetapi masih ada dalam kondisi yang berbahaya. Untuk sekarang, populasi Takahe diperkirakan sekitar 500 individu. Ancaman utama Takahe yaitu perburuan berlebihan, kehilangan habitat, munculnya pemangsa baru di habitatnya, keberadaan Rusa Merah membuat persaingan pada sumber makanan, dan cerpelai datang sebagai ancaman baru Takahe.

Karena itu, Takahe termasuk hewan dalam daftar di IUCN (International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan status konservasi EN (Endangered).(jef)

Comments

Popular posts from this blog

Mambruk Victoria, Mambruk Endemik Papua Barat

Musang Madu yang Pemberani dan Ganas

Hyena Tutul, Hyena yang Licik dan Cerdas dalam Kelompok