Maleo Endemik Sulawesi
Maleo merupakan burung dari famili Megapodiidae dan nama Latinnya yaitu Macrocephalon maleo. Maleo sering disebut juga dengan Maleo Senkawor.
Maleo
tersebar di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat atau Mamuju Tengah, Luwuk, Danau
Towuti, di hutan-hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti Gorontalo
(Bone Bolango dan Pohuwato), Buton, dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai).
Klasifikasi
Berikut
klasifikasi Maleo
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Megapodiidae
Genus: Macrocephalon
Spesies: Macrocephalon maleo
Ciri-ciri
Maleo memiliki bulu yang berwana
hitam hingga cokelat dengan bulu bagian bawah atau bulu sisi bawah yang
berwarna merah muda keputihan.
Maleo memiliki kaki yang berwarna
abu-abu, kuat, dan besar bahkan kakinya memiliki kuku serta berselaput digunakan
untuk menggali tanah dan menyingkirkan batuan ketika bertelur.
Maleo memiliki sayap dan bulu yang
cukup panjang.
Maleo memiliki kulit yang di sekitar
mata yang berwarna kuning dengan iris mata yang berwarna merah kecokelatan,
kepala yang kecil, dan paruhnya yang berwarna jingga.
Maleo memiliki tanduk atau jambul
yang keras, benjolan bulat, dan berwarna hitam di atas kepalanya sebagai alat
ukur suhu atau mengukur suhu liang untuk meletakkan telur-telurnya hingga
tempat mengerami telurnya bahkan digunakan saat mengerami telur hingga menetas.
Maleo memiliki panjang dengan ukuran
relatif sedang sekitar 55 – 60 cm.
Habitat
Habitat Maleo umunya di hutan primer,
hutan sekunder, sekitar pantai, daerah lain yang memiliki panas bumi yang
cukup, perbukitan dataran rendah, hutan hujan, ketinggian lebih dari 1.000 m, dan
pegunungan dengan perbukitan serta lereng yang memiliki banyak pepohonan tetapi
tidak terlalu lebat.
Kebiasaan
Maleo tidak mengerami telurnya dimana
burung ini menetaskan telurnya dengan cara mengubur telur-telurnya di pasir dan
telur tersebut akan disimpan dalam galian tanah atau pasir sebelum ditimbun
lagi hingga tidak tampak dari luar. Hal ini dkarenakan ukuran telurnya yang
jauh lebih besar dibandingkan ukuran tubuhnya Maleo bahkan telur itu juga 5 – 8
kali lipat lebih besar dibandingkan telur ayam.
Si jantan akan menemani si betina
mulai dari hutan hingga ke tempat bertelur lalu mereka berdua akan menggali
pasir bersama-sama sesampainya di tempat bertelur. Setelah si betina
menempatkan telurnya di dalam tanah, mereka kemungkinan menutup lubangnya
dengan sesuatu sebagai penyamaran. Ketika merasa telurnya sudah terkubur aman,
pasangan Maleo pergi tanpa pernah kembali lagi.
Maleo biasanya bersarang di daerah
pasir terbuka atau daerah-daerah yang memiliki hangat panas bumi untuk
membantunya menetaskan telurnya.
Maleo bergantung pada daerah geothermal
atau pasir pantai yang hangat.
Maleo merupakan hewan monogami yaitu
hewan yang setia hanya memiliki satu pasangan seumur hidup.
Maleo mengukur suhu lubang yang
mereka buat untuk mendapatkan suhu pengeraman yang cocok atau tepat dimana
lubang yang digali oleh burung ini memiliki kedalaman hingga 50 cm.
Maleo lebih memilih suka berjalan
daripada terbang sehingga lebih sering mirip dengan ayam daripada burung karena
makanannya berada di permukaan tanah sehingga burung ini harus mencarinya
meskipun bisa terbang.
Maleo memiliki masa hidup mencapai 25
tahun.
Maleo sangat sensitif dan pemalu karena
hidup dalam hutan sehingga membuatnya sulit ditemui secara langsung.
Maleo tidak bisa terbang tinggi dan
hanya terbang dari satu pohon atau dahan ke pohon atau dahan lainnya.
Makanan
Maleo termasuk hewan pemakan segala
(omnivora). Makanannya adalah biji-bijian, moluska, buah, kumbang, semut, dan
beberapa hewan kecil lainnya.
Fakta Unik
Setiap tanggal 21 November
diperingati sebagai Hari Maleo Sedunia atau World Maleo Day.
Ada ritual Tumpe bernuansa mistis
dimana ritual ini digelar untuk menghormati telur Maleo dan tentunya menjaga
kelestarian spesies burung ini di alam. Dulu warga lokal Luwuk kerpa berburu
Maleo untuk mengkonsumsi telurnya. Namun sekarang warga sudah mulai sadar bahwa
burung ini merupakan satwa langka yang dilindungi.
Musim Kawin
Maleo berkembang biak sepanjang tahun
tetapi puncak musim kawinnya bergantung pada lokasi di wilayahnya.
Cara Berkembang Biak
Maleo
termasuk hewan yang bertelur (ovipar). Mereka mampu mengeluarkan butir 8 – 12
telur Maleo. Si betina butuh tenaga dan energi yang lebih saat bertelur bahkan
tak jarang dari mereka banyak yang pingsan karena kelelahan ditambah dengan
waktu penetasan yang lebih lama sekitar 62 – 85 hari.
Status
Konservasi
Populasi
Maleo terus semakin berkurang dari tahun ke tahun sehingga terancam punah
karena pembukaan lahan baru, alih fungsi lahan, kebakaran hutan, penebangan
liar, kehilangan habitat, habitat yang menyempit, dan perburuan liar.
Telur-telur Maleo terus diburu oleh warga sehingga pencurian telur burung ini
masih tinggi.
Karena
itu, Maleo termasuk hewan dalam daftar di IUCN
(International Union for the Conservation of Nature) Red List dengan
status konservasi CR (Critically Endangered) dan CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species) Apendiks I.
Maleo
masuk dalam kategori hewan dilindungi melalui PP No.7/1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa. (jef)
Comments
Post a Comment