Ubur-ubur Api yang Mematikan
Ubur-ubur Api merupakan Hydrozoa dari famili Phisaliidae dan nama Latinnya Phisalia physalis. Ubur-ubur Api sering disebut juga dalam bahasa Inggris yaitu Bluebottle (Ubur-ubur Blue Bottle) atau disebut Portugese Man o’War.
Ubur-ubur
Api tersebar di Teluk Meksiko, Brasil (spesies umum), Florida, Indonesia, perairan
hangat dunia yakni Samudera Atlantik Utara hingga kawasan tropis dan subtropis
Samudera Hindia serta Samudera Pasifik.
Klasifikasi
Berikut
klasifikasi Ubur-ubur Api
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Class : Hydrozoa
Ordo : Siphonophore
Subordo : Cystonectae
Famili : Phisaliidae
Genus : Phisalia
Spesies : Phisalia physalis
Ciri-ciri
Ubur-ubur
Api memiliki bentuk penampilan tubuh yang mirip dengan kapal perang Man of War Portugis
di abad ke-18.
Ubur-ubur
Api memiliki penampilan tubuh yang mirip dengan ubur-ubur terdiri dari tubuhnya
menyerupai jeli dan tentakelnya yang panjang tetapi bukanlah ubur-ubur sejati
melainkan sifonofora sebagai spesies tersendiri.
Ubur-ubur
Api tidak memiliki anggota tubuh yang membantunya bisa berenang dan berpindah
tempat.
Ubur-ubur
Api memiliki dactylozooid yaitu untaian tentakel yang sangat panjang dan
polipnya panjang dengan ukuran yang cukup panjang mencapai 9 – 50 m bahkan
terdapat sengat yang mengandung nematokista yaitu kapsul penyengat berbentuk
duri berisi racun untuk menangkap hingga melumpuhkan mangsa serta hal ini
berbahaya bagi manusia.
Ubur-ubur
Api memiliki pneumatofora yaitu bagian tampilan yang terlihat seperti
balon atau pelampung dan berwarna biru, keunguan transparan, hijau, hingga
merah muda memungkinkannya mengampung karena mengandung karbon monoksida.
Ubur-ubur
Api memiliki 4 kelompok polip atau zooid yang masing-masing membentuk
koloni yang terspesialisasi karena terbilang sebuah koloni yaitu pneumatofora
sebagai tubuh pelampung, pembentuk sel penyengat atau dactylozooid, gastrozooid
yaitu polip sistem pencernaan mengurus proses pengelolaan makanan, dan gonozoiid
yaitu polip yang bertugas untuk sistem reproduksi. Kelompok inilah yang tidak
bisa hidup sendiri meskipun memiliki kelengkapan untuk hidup.
Ubur-ubur
Api memiliki tinggi sekitar 15 cm dari pneumatofora.
Habitat
Habitat
Ubur-ubur Api di perairan dangkal, sekitar pantai, dan kemungkinan daerah
beriklim sedang.
Kebiasaan
Ubur-ubur
Api bisa mengempis yang akhirnya kembali menyelam ke dalam laut jika ada
ancaman di permukaan air.
Ubur-ubur
Api tidak bisa berenang melainkan hanya mengapung bersama arus laut.
Ubur-ubur
Api bergantung pada angin dan arus laut untuk dapat berpindah tempat bahkan
bisa mengampung di perairan dangkal hingga sekitar pantai.
Ubur-ubur
Api memiliki rentang hidup hanya 1 tahun saja.
Ubur-ubur
Api tergolong hewan pleustonik yaitu hidup di permukaan air yang merupakan area
kontak antara air dan atmosfer.
Ubur-ubur
Api sering terdampar di pantai kemungkinan karena mengikuti pergerakan aurs.
Ubur-ubur
Api tetap bisa menyengat melalui tentakelnya meskipun koloninya sudah mati
bahkan ada beberapa tentakel yang terputus namun tetap saja mengembang di air
atau tedarmpar di pantai yang kemudian akan menyengat manusia.
Ubur-ubur
Api memiliki hubungan simbiosis komensalisme dengan jenis ikan juvenil karena
terlihat sering berdekatan dimana beberapa ikan ini mendekat dengan tentakel
Ubur-ubur Api untuk mendapatkan tempat perlindungan dari serangan predator dan
memperoleh makanan dari sisa koloni hewan sifonofora tersebut tanpa
menyakitinya.
Makanan
Ubur-ubur
Api termasuk hewan pemakan daging (karnivora). Makanannya adalah ikan-ikan
kecil, krustasea, plankton, dan hewan kecil lainnya.
Predator
Hewan
yang suka memangsa Ubur-ubur Api adalah Siput Laut Naga Biru, Sipu Laut Ungu (Janthina
janthina), penyu laut, dan Ikan Mola-mola.
Fakta
Unik
Ubur-ubur
Api berbahaya bagi manusia karena sengatannya beracun yang menyebabkan rasa
awal berupa nyeri, parasthesia, dan rasa terbakar yang hebat pada kulit.
Setelah itu, manusia terkena sengatan tersebut umumnya merasakan mual, sakit
kepala, menggigil, dan pucat. Sengatan Ubur-ubur Api juga menyebabkan rasa
sakit yang luar biasa, gatal, benjolan merah, pembengkakan, eritema,
kejang-kejang, gagal jantung, ruam pada kulit dan berpotensi menyebabkan
kematian. Gejala sistemik sangat jarang terjadi tetapi bisa parah yang mencakup
rasa tidak enak badan secara umum, muntah, demam, detak jantung yang cepat ketika
istirahat, sesak napas, hingga kram otot di perut dan punggung. Dalam beberapa
kasus, sengatannya dapat berakibat fatal. Reaksi alergi yang parah terhadap
racun Man o’War Portugis bisa mengganggu fungsi jantung dan pernapasan.
Musim
Kawin
Musim
kawin Ubur-ubur Api berlangsung selama musim gugur.
Cara
Berkembang Biak
Ubur-ubur
Api menggunakan proses mengeluarkan sel telur untuk bereproduksi. Setiap
koloninya bisa seluruhnya baik si jantan maupun si betina. Kelompok si betina
akan melepaskan sel telurnya dan kelompok si jantan mengeluarkan sel sperma
sehingga akan terjadi proses pembuahan di permukaan air. Gonozooid melakukan
fungsi reproduksi yang terletak air di bawah pneumatofora. Gonozooid
bisa berkembang biak menjadi koloni medusa, yaitu struktur reproduksi yang
terdiri dari banyak individu ubur-ubur kecil. koloni ini memungkinkan ubur-ubur
untuk menghasilkan keturunan yang sangat banyak dalam waktu yang singkat atau
pendek. Ubur-ubur Api berkembang biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi
secara seksual melibatkan dalam pemijahan yaitu melepaskan gametnya ke dalam
air sedangkan reproduksi secara aseksual melalui bertunas dimana klon baru
menjadi koloni yang sama sekali baru.
Status
Populasi yang Meningkat
Ubur-ubur
Api menghadapi banyak tantangan dalam kehidupannya yaitu tantangan lingkungan
ekstrem seperti paparan sinar ultraviolet, penguapan cairan di tubuhnya, suhu
yang tinggi, hingga gelombang ombak yang tidak menentu. Meskipun memiliki
rentang hidup 1 tahun saja, populasi Ubur-ubur Api meningkat. Populasi
sifonofora ini meningkat disebabkan oleh pemanasan global yang menyebabkan suhu
di lautan meningkat, sehingga menjadi lingkungan yang disenangi oleh Ubur-ubur
Api untuk berkembang biak dan juga membuat manusia tidak mau menangkapnya.(jef)
Comments
Post a Comment